Rabu, 02 Mei 2012

Teori organisasi umum 2


Tulisan 15
Banjir Jakarta

Awal April ini beberapa wilayah di Jakarta terendam banjir. Padahal berdasarkan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di Jakarta diperkirakan intensitasnya rendah.
"Ini sebenarnya sudah fase aman. Tapi perubahan iklim saat ini yang tidak jelas. Curah hujannya memang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 100 milimeter per detik tapi kirimannya yang besar," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Arfan Arkili, di Balai Kota, Jakarta, Selasa (3/4/2012).
Dia menuturkan, sejak Senin (1/4/2012) malam wilayah Kali Sari, Pasar Rebo, sudah mulai terendam banjir dengan ketinggian air sekitar  80-150 sentimeter. Begitu pula dengan wilayah Cijantung yang tergenang sekitar 30-50 sentimeter. Saat ini banjir di dua wilayah tersebut sudah surut.
Kemudian Selasa (3/4/2012) pagi, kondisi Kampung Melayu dan Bidara Cina mulai Siaga III karena Katulampa juga Siaga III. Sementara itu, wilayah Cipedak, Jagakarsa, juga tergenang banjir setinggi 20-25 sentimeter.
"Ulujami, Petogogan, dan Cipete tadi pagi juga tergenang.Tapi kalau selatan, yang langganan itu Bukit Duri, Ulujami Bintaro, Petogogan, dan Pengadegan," ujar Arfan.
Sedangkan yang sampai saat ini masih berada Siaga II adalah Pintu Air Angke Hulu. Beberapa wilayah yang tergenang adalah Kedoya, Sukabumi Utara, dan Sukabumi Selatan. Jika meningkat lagi, wilayah Cengkareng, Duri Kosambi, Green Garden, dan Kembangan juga akan menjadi sasaran genangan.
"Tapi kami imbau pada warga untuk terus waspada karena hujan masih akan terus mengguyur," kata Arfan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, mengatakan cara penanggulangan banjir yang terus melanda Jakarta setiap tahunnya ini dibutuhkan pembangunan situ air. Itu untuk menampung banyaknya aliran sungai yang masuk ke Jakarta.
"Mengatasi banjir Jakarta memang sulit karena banyak sungai yang mengalir ke Jakarta. Namun, air yang berasal dari sungai-sungai di luar wilayah Jakarta bisa ditampung apabila ada situ-situ air di wilayah Jakarta," kata Sutiyoso seusai menghadiri acara debat calon gubernur DKI Jakarta, di Universitas Indonesia, Depok, Jumat.
Dengan adanya situ air tersebut, maka aliran dari beberapa sungai yang masuk ke Jakarta itu bisa diatur dengan pintu air sehingga tidak akan terjadi banjir lagi. Saat musim hujan, situ tersebut berfungsi sebagai kantong air. Dan saat musim kemarau, situ bisa menjadi tabungan air bersih yang bisa dipergunakan oleh warga Jakarta.
Sutiyoso menambahkan bahwa wilayah sekitar Jakarta pada masa penjajahan Belanda itu masih merupakan daerah serapan air. Namun, wilayah itu sekarang telah menjadi hutan beton atau banyak bangunan-bangunan. Hal tersebut yang menyebabkan Jakarta terus dihantam oleh banjir setiap tahunnya.
"Ekosistem sudah rusak dan resapan tidak bisa berfungsi dengan baik. Banyak vila di kawasan Bogor yang masih berdiri dimana seharusnya lokasi tersebut bisa dimanfaatkan menjadi daerah resapan air," katanya.
Selain itu, lanjut Sutiyoso, lubang-lubang juga perlu dibuat untuk resapan air. Sehingga, situ air yang ada itu dapat bekerja secara maksimal dan dapat menghentikan salah satu masalah kota Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar